Minggu, 21 Oktober 2012

Emir : Lebih MIlih iPhone

“aku punya handphone pertama waktu kelas 7, hanphone-nya Nokia E71, itu bekas juga ayah saya, heheee..” ucap Emir. Gadget yang dimiliki Siswa kelas 9 Internasional School Singapura (ISS) saat ini adalah iPhone 4. Semenjak pertama kali memakai produk Apple tersebut, dirinya mengaku tak ada keluhan atau masalah dengan gadget-nya tersebut. “aku nyaman-nyaman saja, pake iPhone 4 enak kok, nggak ada masalah yang berarti,” tambahnya,

Emir memang berbeda dengan remaja seusianya yang mungkin lebih tertarik dengan BlackBerry. Mengenai hal itu, rupanya Emir Mahira punya alasan tersendiri. Menurut remaja yang pernah bersekolah di Sekolah Sepak Bola Arsenal ini, di Singapura hanya segelintir orang yang memakai BlackBerry.
“Remaja di sana banyak yang memakai iPhone, dalam berkomunikasi lewat handphone di sana juga lancar, kalau kirim SMS juga cepet, nggak pernah pending, jadi saya nyaman-nyaman saja dengan gadget dan operator yang saya gunakan sekarang,” tutup Emir ramah.

Emir : Dapet Piala FII

Emir tak menyangka bisa masuk nominasi Aktor Terbaik di ajang Festival Film Indonesia 2011. Saat namanya diumumkan sebagai pemenang, Emir Mahira tak bisa berkata-kata. "Saingan aku lebih jago dan berpengalaman dibandingkan aku. Yang jelas sih nggak nyangka, speechless," ujarnya.

Emir Mahira yang masuk nominasi berkat aktingnya di 'Rumah Tanpa Jendela', mengalahkan aktor yang lebih senior seperti Alex Komang 'Surat Kecil untuk Tuhan', Oka Antara 'Sang Penari', Ferdy Tahier 'Masih Bukan Cinta Biasa' dan Tio Pakusadewo 'Tebus'.

"Yang paling saya kagumi om Tio Pakusadewo. Kalau lihat dia benar-benar gila," tuturnya.
Penghargaan Aktor Terbaik FFI 2011 tak membuat Emir besar kepala. Pemeran Bayu di film 'Garuda di Dadaku' itu ingin terus berkarya  lebih baik lagi untuk perfilman Indonesia.
Beberapa waktu lalu, ia juga baru meraih penghargaan sebagai 'Best Performance' di The Isfahan International Film Festival of Children and Young Adults di Teheran, Iran.


Emir : Dibalik RTJ


Rumah Tanpa Jendela merupakan film ketiga Emir setelah Garuda di Dadaku dan Melodi. Dalam film ini, Emir berperan sebagai Aldo, anak laki-laki penyandang down syndrome (keterbelakangan mental) dari sebuah keluarga kaya. Aldo merindukan seorang teman karena anggota keluarganya sibuk dengan urusan masing-masing.

Awalnya memerankan tokoh ini tergolong sulit karena belum terbiasa. Tapi Emir terus belajar dan menggali banyak informasi tentang down syndrome (keterbelakangan mental). Beruntung, dulu Emir punya beberapa teman berkebutuhan khusus saat bersekolah di Indonesia. Jadinya Emir bisa belajar dari mereka. Lewat Film Rumah Tanpa Jendela dan perannya sebagai anak penyandang down syndrome (keterbelakangan mental) itu pula lah sekaligus membuktikan eksistensi dan kualitas akting Emir sehingga dia berhasil merebut Piala Citra sebagai Pemeran Pria Terbaik Festival Film Indonesia 2011, dan mengalahkan aktor senior yakni Alex Komang, Ferdy Tahir, Oka Antara dan Tio Pakusadewo.

Dan lewat film ini, Emir ingin mengajak teman-teman agar lebih bersyukur karena diberi kesehatan. Selain itu, kita harus menghargai dan membantu teman-teman yang berkebutuhan khusus. Yang paling penting jangan sekali-kali mengejek mereka.


Selasa, 25 September 2012

Emir : Sebelum Pindah

Sebelum pergi  ke Singapura, Emir Mahira pernah mengenyam pendidikan di salah satu sekolah di bilangan Jakarta Selatan. Karena sang ayah, Herry Budi Azhari Salim mendapat tugas di Singapura, dengan berat hati Emir pun harus ikut meninggalkan Indonesia.

"Aku di sini sampai kelas 1 SMP atau kelas 7. Awalnya nggak mau pindah karena di sini banyak teman-temanku tapi mau nggak mau semua itu harus aku lakukan yang sebenernya berat hati. Tapi, setelah mencoba menjadi senang hati," ujarnya saat berbincang-bincang.

Banyak hal yang membuat Emir berat meninggalkan Indonesia. Selain karena teman-temannya, ia juga harus meninggalkan 'kandang' sepak bolanya. Ia sudah mengasah kemampuan untuk bermain bola sejak umur 3 tahun di ISS Arsenal. Selama 3 tahun ia akan tinggal sementara di Singapura.

"Sekarang sudah 1,5 tahun tinggal di sana. Aku enjoy sekali walaupun awalnya sempat nggak mau tapi Singapura kan masih dekat dengan Indonesia jadi kalau kangen tinggal minta pulang saja," katanya seraya tersenyum manis, memamerkan behel yang menghiasi giginya.

Emir : Perbedaan

Emir kini belajar untuk menjadi sosok cowok dewasa yang akan siap menanggalkan segala atribut yang menyertai masa kanak-kanaknya. Tanda-tanda permukaan dari proses pendewasaan itu antara lain terlihat lewat penampilannya di film 'Garuda di Dadaku 2' yang kini telah tayang.

Di film Garuda di Dadaku 2, Emir kembali berperan sebagai Bayu, yang kini telah menjadi kapten, memimpin Timnas U-13. Penampilannya di luar lapangan pun tampak trendy, layaknya anak-anak gaul yang mudah dijumpai di mall-mall Jakarta.

"Kalau dulu kan memang masih kecil jadi ya disesuaikan. Tahun 2008 aku sudah mendapatkan peran di Garuda di Dadaku 1 dan itu sangat tidak disangka. Sekarang umurku sudah 14 tahun jadi pas main di Garuda di Dadaku 2 ya disesuaikan juga dengan penampilan," terang Emir sang penyuka Barcelona itu.

Foto Semasa di GDD 1:

Foto Semasa di GDD 2: